exposesumbawa.blogspot.co.id -'Pekikan' sang joki selalu mengiringi kencangnya kerbau karapan mereka. Inilah 'Barapan Kebo', olahraga tradisional yang menjadi trend di kalangan masyarakat Sumbawa. Jika di Madura kita mengenal karapan sapi maka ada yang lebih unik lagi, yaitu karapan kerbau ala masyarakat Sumbawa.
Berikut ini exposesumbawa akan mengulas hal unik dari berapan kebo yang ada di Sumbawa, so, simak baik-baik ya...
Sepasang kerbau yang disatukan oleh noga yang menempel dipundaknya.
Noga adalah istilah dalam Barapan kebo yang digunakan untuk mengikat kedua kerbau agar bisa beriringan berlari kencang
Kerbau yang digunakan bukanlah kerbau sembarangan. Kerbau ini merupakan pilihan dari kerbau jantan terbaik. Biasanya merupakan kerbau keturunan. Nah, agar kerbau tersebut bisa berlari beriringan dengan kencang.
Arena lumpur menjadi tantangan bagi kerbau dan sang joki
Jadi, jangan anda berfikir ini seperti karapan sapi yang ada di Madura. Arena karapan yang digunakan adalah lahan persawahan yang baru selesai panen. Area persawahan ini dipenuhi lumpur. Jadi, jika kamu mencobanya maka teman dekat sekalipun tak akan mengenalmu ketika habis selesai memacu sepasang kerbau tersebut.
Dandanan kerbau yang unik menjadikan kerbau terlihat semakin jantan disertai iringan lawas sumbawa
Jambo, yaitu hiasan yang terbuat dari benang yang dipasang dibagian muka kedua kerbau, umumnya jambo berwarna merah. Kemudian sang joki memegang sebuah kayu sejenis cambuk yang di sebut mangkar, benda ini digunakan untuk mengarahkan dan memukul kerbau apabila kecepatannya menurun. Akan terdengar lantang suara menggema dari lawas yang dilantunkan. Lawas-lawas tersebut mengiringi kencangnya sang kerbau berlari beriringan menuju garis finish.
Jadi ajang adu ilmu supranatural
Yang satu ini agak terdengar sedikit ekstrem, ajang adu ilmu para sandro alias dukun. Menurut tutur sejarah, barapan kebo
ini menjadi ajang pertarungan ilmu para sandro pada awalnya, biasanya para sandro akan
berdiri disekitar sakak/garis finish kemudian mengganggu kerbau yang
sedang berlomba, misalnya dengan membuatnya terjatuh atau berbelok arah,
hanya saja sang joki dan kerbau yang diganggu pun memiliki sandro pula,
sehingga disitulah terjadi perang ilmu. Namun dimasa sekarang, dalam
event barapan kebo sandro sudah tidak dipakai lagi.
Seiring dengan berjalannya waktu, tradisi barapan kebo terus berkembang sampai sekarang, bahkan event budaya khas Sumbawa ini dilaksanakan setiap tahun, baik untuk kepentingan amal (menghimpun dana bagi pembangunan masjid, musholla, dan lain-lain), maupun dipertandingkan dengan hadiah berupa piala, kain sarung, kain bakal baju (batik), dan televisi yang disediakan bagi para pemenangnya. Hampir setiap desa menyelenggarakan barapan, hingga dari pihak panitia sendiri harus mengundang peserta dari luar Kabupaten Sumbawa untuk menyemarakkan acara.
Inilah hal unik dari berapan kebo, sangat menghibur. Jika kamu sejenak menginjakkan kaki di Sumbawa maka tak ada salah untuk menikmati tradisi masyarakat Sumbawa yang satu ini. Ini akan menjadi pengalaman yang tak terlupakan buat kamu. (iws)
Seiring dengan berjalannya waktu, tradisi barapan kebo terus berkembang sampai sekarang, bahkan event budaya khas Sumbawa ini dilaksanakan setiap tahun, baik untuk kepentingan amal (menghimpun dana bagi pembangunan masjid, musholla, dan lain-lain), maupun dipertandingkan dengan hadiah berupa piala, kain sarung, kain bakal baju (batik), dan televisi yang disediakan bagi para pemenangnya. Hampir setiap desa menyelenggarakan barapan, hingga dari pihak panitia sendiri harus mengundang peserta dari luar Kabupaten Sumbawa untuk menyemarakkan acara.
Inilah hal unik dari berapan kebo, sangat menghibur. Jika kamu sejenak menginjakkan kaki di Sumbawa maka tak ada salah untuk menikmati tradisi masyarakat Sumbawa yang satu ini. Ini akan menjadi pengalaman yang tak terlupakan buat kamu. (iws)
Oleh : Iwin Satriani
0 komentar:
Posting Komentar