Melihat kondisi ini saya selaku remaja sumbawa turut perihatin melihat kondisi lingkungan yang tercemar akibat biji asam yang berserakan dan semakin banyaknya polusi udara yang diakibatkan dari pembakaran biji asam. Sehingga saya mencoba untuk menjadikan biji yang satu ini sebagai biji yang memiliki nilai enomis tinggi, tapi sebelum saya membagikan idi dan hasil karya saya kepada teman-teman apa kalian juga suda punya rencana untuk mengelolah biji yang satu ini?
Baiklah daripada berbicara panjang lebar dan teman teman makin dengan hasil karya saya yang sungguh menakjubkan ini, Hehehehe becanda kok.
1. Biji asam
2. Tepung beras
3. 3 sendok makan air asam
4. 6 siung bawang putih
5. 6 buah cabai merah
6. 200 gram gula merah
7. Penyedap rasa
8. Garam dapur halus secukupnya
9. Minyak goreng secukupnya
10. Air putih secukupnya.
2. rendam semalaman lalu angkat dan tiriskan.
3. Haluskan biji asam
4. Campurkan biji asam dan tepung beras dengan jumlah yang sama,
5. Beri sedikit garam rasanya tidak hambar.
6. Aduk adonan hingga kalis lalu bentuk adona menjadi bulatan kecil laluh fipikan agar kelihatan menarik
7. Setelah itu goreng adonan yang telah di bentuk tadi hinggah matang, lalu angkat dan tiriskan.
8. Gerus halus bawang putih dan cabai merah, tumis dengan menggunakan sekitar 4 sendok makan minyak goreng. Tumis hingga mengeluarkan aroma harum.
9. Tambahkan air asam, garam, dan gula merah,dan penyedap rasa aduk-aduk sambal hingga mengental. Setelah matang, kecilkan api.
10. masukkan emping goreng ke dalam sambal, adukperlahan sampai emping teralur dengan sambal secara merata.
11. Setelah dingin “EMPING BIJI ASAM PEDES MANIS” dapat langsung di sajikan kepada keluarga tercinta.
Sangat mudah bukan,,??? Selamat mencobanya di rumah ya kawan semoga resep yang saya bagikan tadi dapat bermanfaat untuk kita dan harapan saya sebagai penulis kota sumbawa bisa bebas dari sampah biji asam yang tentu sangat menggangu dan mengotori kota sumbwa yang indah dan penuh dengan kekayaan alam yang melimpah serta keindahan alam yang sangat menakjubkan.(IWS)
Penulis: Iwin satriani.